MENGHIDUPKAN HATI NURANI
DENGAN BERPIKIR KRITIS
MATERI PABP KELAS XII
Islam mengajarkan kita untuk senantiasa berusaha memahami, menganalisis, dan merenungi ayat2 Allah, lalu kemudian menindak lanjuti dengan sikap dan tindakan yang positif.
Para ulama membagi ayat-ayat Allah menjadi 2, yaitu
1. Ayat Kuniyah, yang berarti ayat atau tanda yang wujud disekeliling kita yang diciptakan oleh Allah.
ayat kauniyah ini bisa dalam bentuk benda, kejadian, peristiwa dan sebagainya yang ada di dalam alam ini
Dan ketika kita berpikir kritis tentang ayat Kauniyah, maka hal itu dinamakan Tafakur
2. Ayat Qauliyah, yaitu ayat-ayat yang difirmankan oleh Allah SWT didalam Al-Quran.
Ayat Qauliyah ini menyentuh berbagai aspek, termasuk tentang cara mengenal Allah.
Dan ketika kita berpikir kritis tentang ayat Qauliyah, maka hal itu dinamakan Tadabur.
MAKNA BERPIKIR KRITIS
Makna dari berpikir kritis adalah senantiasa memikirkan kejadian maupun peristiwa di alam semesta ini, yang kemudian dikuatkan dengan perenungan terhadap isi kandungan Al-Quran, lalu menindak lanjutinya dengan sikap dan tindakan positif.
Dalam ajaran Islam, kita diperintahkan untuk senantiasa berpikir kritis, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Ali-Imran ayat 190-191
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang senantiasa mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring, dan memikirkan penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Lindungilah kami dari siksa api neraka"
Sebab turunnya yat ini, yaitu sebagaimana At-Tabari dan Ibnu Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abas ra. bahwa orang-orang Quraisy mendatangi kaum Yahudi dan bertanya,”Bukti-bukti kebenaran apakah yang dibawa Musa kepadamu? ” Dijawab, “Tongkatnya dan tangannya yang putih bersinar bagi yang memandangnya”
Kemudian mereka mendatangi kaum Nasrani dan menanyakan “Bagaimana halnya dengan Isa?” Dijawab, “Isa menyembuhkan mata yang buta sejak lahir dan penyakit sopak serta menghidupkan orang yang sudah mati.”
Selanjutnya mereka mendatangi Rasulullah saw. dan berkata "Mintalah dari Tuhanmu agar bukit safa itu jadi emas untuk kami.” Maka Nabi berdoa, dan turunlah ayat ini (Q.S. Ali 'Imran/3:190-191).
melalui ayat ini Allah SWT, mengajak mereka memikirkan langit dan bumi tentang kejadiannya, hal-hal yang menakjubkan di dalamnya, seperti bintang-bintang, bulan,dan matahari serta peredarannya, laut, gunung-gunung, pohon-pohon, buah-buahan, binatang-binatang, dan sebagainya.
Memikirkan terciptanya siang dan malam serta silih bergantinya secara teratur, Sehingga menghasilkan perhitungan waktu bagi kehidupan manusia.
Semua itu menjadi tanda kebesaran Allah Swt. bagi orang-orang yang berakal sehat
Selanjutnya mereka akan berkesimpulan bahwa tidak ada satu pun ciptaan Tuhan yang sia-sia
karena semua ciptaan-Nya adalah inspirasi bagi orang berakal
Pada ayat 191 Allah Swt. menjelaskan ciri khas orang yang berakal, yaitu apabila memperhatikan sesuatu selalu memperoleh manfaat dan terinspirasi oleh tanda-tanda kebesaran Allah Swt, Ia selalu ingat Allah Swt. dalam segala keadaan, baik waktu berdiri, duduk, maupun berbaring.
Setiap waktunya diisi untuk memikirkan keajaiban-keajaiban yang terdapat dalam ciptaan-Nya yang menggambarkan kesempurnaanNya
“BERPIKIR SEBELUM BERTINDAK”, itulah motto yang harus menjadi acuan orang “cerdas”.
sebagaimana sabda Rasulullah saw Dari Abu Ya’la yaitu Syaddad Ibnu Aus r.a. dari Nabi saw. Beliau bersabda
“Orang yang cerdas ialah orang yang mampu mengintrospeksi dirinya dan suka beramal untuk kehidupannya setelah mati. Sedangkan orang yang lemah ialah orang yang selalu mengikuti hawa nafsunya dan berharap kepada Allah dengan harapan kosong”. (HR. At-Tirmizi dan beliau berkata: Hadis Hasan).
Komentar
Posting Komentar