HUSNUDZAN (MENITI HIDUP DENGAN KEMULIAAN) PART 2, MATERI PABP KELAS X

 HUSNUDZAN

MENITI HIDUP DENGAN KEMULIAAN

BAGIAN 2

PABP KELAS X




HUSNUDZAN

Sebagai seorang Muslim, dalam upaya meniti hidup dalam kemuliaan, disamping harus melakukan Mujahadatun Nafsi, kita juga diharuskan untuk senantiasa berpikiran positif, yang dalam ajaran Islam dikenal dengan istilah Husnudzan.

Husnudzan terdiri dari dua kata, yaitu husnu yang berasal dari kata Hasana yang berarti baik, dan dzan yang berarti prasangka, maka husnudzan adalah berprasangka baik yang dapat diartikan sebagai  sikap seseorang yang selalu berpikir positif terhadap apa yang telah diperbuat oleh orang lain.

Lawan dari sifat ini adalah buruk sangka (su’użżan), yaitu menyangka orang lain melakukan hal-hal buruk tanpa adanya bukti yang benar.

Allah SWT memerintahkan kita sebagai orang yang beriman untuk tidak banyak berprasangka, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Hujurat ayat 12

Jadi, Jika seseorang telah mampu mengendalikan nafsunya dari keinginan untuk berbuat keburukan dengan mujahadatun nafs, maka tugas selanjutnya adalah dia harus mampu untuk mengendalikan pikirannya  agar senantiasa berpikiran positif dan menghilangkan pikiran2 negatif.

Jika seseorang berpikiran positif terhadap siapapun maka hal itu akan mendorongnya untuk melakukan kebaikan terhadap orang lain, begitupun ketika dia berpikiran buruk terhadap orang lain, maka dia pun enggan melakukan kebaikan terhadap orang tersebut.

Sedangkan Allah SWT akan memperlihatkan perbuatan baik dan buruk seseorang di akhirat kelak, sebagaimana firmannya dalam QS. Al-ZAlzalah ayat 7 dan 8

Dan sebagai seorang muslim yang beriman kita hendaknya memperbanyak amal kebaikan demi mempersiapkan diri dalam menghadapi pertanggungjawaban atas perbuatan kita kepada Allah SWT di akhirat kelak.

Dan agar senantiasa  termotivasi untuk berbuat baik , maka terlebih dahulu kita harus membersihkan pikiran kita dari prasangka buruk dan menggantinya dengan berprasangka baik.

Dalam ilmu akhlak, ĥusnużżan dikelompokkan ke dalam tiga bagian, yaitu ĥusnużżan kepada Allah Swt. ĥusnużżan kepada diri sendiri, dan ĥusnużżan kepada orang lain.

1.       Husnudzan kepada Allah SWT yaitu dengan meyakini bahwa apapun kebaikan menimpa kita adalah datangnya dari Allah, dan apapun keburukan yang menimpa kita, itu datangnya dari kesalahan diri sendiri, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Anisa ayat 79

Agar kita senantiasa berhusnudzan kepada Allah SWT, maka terlebih dahulu kita harus mengenal Allah lebih dekat melalui pemahaman akan sifat2 Allah yang terkumpul dalam 99 Asmaul Husna, karena dari pemahaman asmaul husna tersebut kita bisa mengetahui bahwa tidak ada satupun keburukan dalam sifat2  Allah tersebut, melainkan seluruhnya adalah sifat yang mencerminkan Maha Baik nya Allah SWT.

 

Jika kita meyakini bahwa Allah SWT tidak memiliki satu pun sifat buruk , maka kita akan senantiasa berprasangka baik kepada Allah SWT.

 

Sebagaimana ketika kita mengenal seseorang yang kita anggap memiliki kepribadian yang baik, maka kita pun akan senantiasa berprasangka baik terhadap orang tersebut. Dan ketika kita mendengar hal yang buruk tentangnya, tentu saja kita tidak akan mempercayai berita tersebut, dan kita akan membela orang tersebut karena kita tahu betul bahwa  orang tersebut memiliki kepribadian yang baik.

 

Mislanya kita mengenal seseorang yang sangat santun dan dermawan, senantiasa berbagi apapun yang dia miliki dan suka memberi, maka ketika orang tersebut dituduh mencuri dan melakukan kejahatan, kita pun tidak akan mempercayai tuduhan tersebut dan akan membelanya.

Ketika kita senantiasa berhusnudzan terhadap Allah, maka kita akan menjadi pribadi yang senantiasa bersyukur, karena meyakini bahwa kebaikan yang kita peroleh datangnya dari Allah SWT, dan hal ini akan melahirkan motivasi dalam semangat beribadah. Yang pada akhirnya Allah pun akan membalas nya dengan limpahan kebaikan yang tak terhitung jumlahnya.

 

1.       Husnudzan kepada diri sendiri artinya memiliki sikap optimis terhadap diri sendiri dengan meyakini bahwa kita memiliki kemampuan untuk menghadapi berbagai cobaan dalam kehidupan ini. Sebagaimana firman Allah SWt dalam QS. Al-Baqarah ayat 286

Ketika kita berhusnudzan terhadap diri sendiri, maka kita memiliki keyakinan bahwa apapun masalah yang kita hadapi dalam kehidupan ini senantiasa bisa diselesaikan dengan baik, yang kita perlukan hanyalah mengoptimalkan kemampuan yang ada dengan sebaik-baiknya.

Orang yang berpikiran negative tentang dirinya, maka dia akan mudah berputus asa dalam menghadapi cobaan dalam kehidupannya, karena dia meyakini bahwa dia tidak akan mampu menghadapi kesulitan dalam hidupnya, yang pada akhirnya dia malas melakukan apapun karena menyangka bahwa usahanya akan menemui kegagalan.

Dan sifat malas ini akan berdampak pada menurunnya motivasi dalam berbuat kebaikan.

        Dan ketika seseorang malas beramal saleh, maka berdampak pada ringannya timbangan kebaikan diakhirat kelak dan akan terancam dengan neraka Hawiyah, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Qoriah ayat 8-11


1.       Husnudzan kepada orang lain artinya meyakini bahwa setiap orang memiliki sifat baik dalam dirinya, meskipun mendengar hal yang buruk tentang seseorang, maka tidak mudah mempercayai nya apalagi tidak ada bukti atas perbuatan buruknya. Meskipun memang benar orang tersebut melakukan keburukan maka tidak sepantasnya kita berperilaku buruk terhadapnya, sebagaimana firman Allah dalam QS. Fushilat ayat 34

Dengan senantiasa berprasangka baik atau berhusnudzan baik kepada Allah, diri sendiri, maupun orang lain, maka kita akan menjadi pribadi yang mulia dengan memiliki sikap berikut:

1.       Senantiasa taat dan semangat dalam beribadah

2.       Selalu optimis dan pantang menyerah dalam menghadapi kesulitan apapun

3.       Selalu termotivasi untuk melakukan kebaikan kepada orang lain.

        Dengan menjadi pribadi yang memiliki prasangka baik kepada siapapun, Semoga kita senantiasa meniti kehidupan dengan kemuliaan


Komentar