UKHUWAH
MENITI HIDUP DENGAN KEMULIAAN
BAGIAN 3
PABP KELAS X
UKHUWAH
(PERSAUDARAAN)
Pada pembahasan sebelumnya, kita bisa mengetahui bahwa
dengan memiliki sikap Mujahadatun Nafs dan sikap Husnudzan atau berbaik sangka,
maka kita telah berupaya untuk meniti hidup dengan kemuliaan, namun, kemuliaan
hidup sebagai seorang Muslim belum dapat kita raih sebelum kita memiliki sikap
Ukhwah (persaudaraan).
Karena dengan Mujahadatun Nafs, kita mampu mengendalikan
nafsu kita, dan dengan Husnudzan kita bisa mengendalikan pikiran kita,
sedangkan dengan Ukhwah (persaudaraan), kita bisa mengendalikan hubungan antar
sesama Muslim agar tetap terjaga dalam persatuan.
Jadi ketika setiap muslim mampu mengendalikan dirinya dan
pikirannya serta menjaga tali persaudaraan sehingga terjalin persatuan, maka
disitulah kemuliaan Islam akan terlihat dan kita sebagai muslim akan hidup
dalam kemuliaan.
Persaudaraan (ukhuwwah) dalam Islam dimaksudkan bukan
sebatas hubungan kekerabatan karena faktor keturunan, tetapi yang dimaksud
dengan persaudaraan dalam Islam adalah persaudaraan yang diikat oleh tali
aqidah (sesama muslim)
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Hujurat ayat 10
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu
damaikan lah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada
Allah agar kamu mendapat rahmat.”
Mereka yang beriman tidak lain adalah bersaudara satu sama
lain, dan kita harus membuat dan menjaga perdamaian diantara kita .
setelah Allah memerintahkan untuk memelihara perdamaian,
maka pada ayat selajutnya Allah memerintahkan, orang yang beriman untuk tidak
membiarkan satu kelompok mengolok-olok kelompok lain, satu bangsa
mengolok-ngolok bangsa lain, satu golongan mengolok-ngolok golongan lain.
“Wahai orang-orang yang
beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi
mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok)”
(Al-Hujurat:11)
Kalimat mengolok-olok memiliki 2 makna, yang pertama membuat
lelucon tentang seseorang, menertawakan seseorang, seperti seseorang terpeleset
jatuh lalu kita tertawakan karena dianggap hal yang lucu. Makna kedua
dimaksudkan untuk menundukan seseorang dengan asumsi bahwa orang lain lebih
rendah dari kita atau dibawah kita dalam beberapa hal sehingga kita merasa
memiliki wewenang untuk merendahkan nya.
Dari dua makna tersebut kita bisa memahami bahwa Allah
melarang kita untuk bersikap merasa diri paling tinggi sehingga merendahkan
orang lain baik dengan menjadikannya sebagai bahan ejekan atau membuat orang
lain merasa terhina dengan menjatuhkan kehormatan dirinya, karena perilaku
seperti ini akan menciptakan permusuhan dan melunturkan persaudaraan.
Melalui konsep Ukhwah (persaudaraan) ini, maka Allah
memposisikan kita sebagai sesama muslim dalam posisi yang sama dan sederajat,
tidak peduli kita berasal dari latar belakang suku yang berbeda, negara yang
berbeda, tingkat ekonomi yang berbeda, bahkan madzhab yang berbeda, selama kita
meyakini bahwa Allah adalah Tuhan kita dan nabi Muhammad saw adalah utusan
Allah, maka kita adalah bersaudara dan berada dalam posisi yang sama dan
sederajat, sehingga tidak ada satu pihak merasa paling tinggi sehingga merendahkan
pihak lain. Karena sebagai sesama saudara kita dituntut untuk saling melengkapi
dan saling menutupi kekurangan orang lain sehingga tercipta sikap saling
peduli, saling mencintai, saling mengasihi dan saling menyayangi. Sebagaimana
sabda Rasulullah saw yang mengatakan bahwa:
“Perumpamaan
orang-orang mukmin dalam saling mencintai, saling mengasihi, dan saling
menyayangi, seperti satu tubuh. Apabila satu organ tubuh merasa sakit, akan
menjalar kepada semua organ tubuh, yaitu tidak dapat tidur dan merasa demam.”
(H.R. Muslim)
Para pekajar
sekalian, berikut adalah contoh perilaku Ukhwah (persaudaraan) yang bisa kita
amalkan dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya:
1. Menjenguk/mendoakan/membantu
teman/orang lain yang sedang sakit atau terkena musibah.
2. Mendamaikan teman
atau saudara yang berselisih agar mereka sadar dan kembali bersatu.
3. Bergaul dengan
orang lain dengan tidak memandang suku, bahasa, budaya, dan agama yang
dianutnya.
4. Menghindari segala
bentuk permusuhan, tawuran, ataupun kegiatan yang dapat merugikan orang lain.
5. Menghargai
perbedaan suku, bangsa, agama, dan budaya teman/orang lain.
Semoga kita bisa
menjadi seorang muslim yang beriman yang senantiasa mampu mengendalikan diri
melalui mujahadatun Nafs, senantiasa mampu berhusnudzan, dan selalu menjaga
persaudaraan dengan menciptakan perdamaian dan menjauhi sikap untuk saling
merendahkan agar tidak terjadi permusuhan.
Dan semoga Allah SWT
menjadikan kehidupan kita penuh dengan kemuliaan baik didunia maupun di
akhirat.
Komentar
Posting Komentar