MATERI KEJUJURAN SEBAGAI CERMIN KEPRIBADIAN (MATERI PABP KELAS X)

 
KEJUJURAN SEBAGAI CERMIN KEPRIBADIAN

PABP KELAS X



Dalam pembahasan tentang kejujuran, kita akan mengawali dengan mengambil hikmah dan pelajaran dari sebuah kisah teladan mengenai kejujuran.

Dan kisah ini adalah tentang kejujuran seorang gadis penjual susu di masa khlaifah Umar bin Khatab.

Khalifah Umar bin Khattab sering blusukan mengelilingi lorong-lorong Madinah di waktu malam. Pemimpin Kaum Muslimin yang paling disegani itu, ingin melihat langsung kondisi rakyatnya dari dekat. Kadang Umar langsung memberikan bantuan seorang diri jika ada yang membutuhkan.

Suatu malam, Umar bin Khattab usai berkeliling. Dia menyandarkan tubuhnya pada dinding sebuah rumah sederhana. Tak sengaja Umar mendengar pembicaraan dua orang wanita. 

Sang ibu berupaya merayu puterinya untuk melakukan kecurangan. "Campurkan air ke dalam susu yang akan kita jual itu, Nak," kata seorang wanita.

"Tapi Ibu, Khalifah Umar melarang hal ini." sanggah puterinya. Khalifah memang melarang mencampur susu dengan air karena dianggap sebagai penipuan dalam berdagang.
"Ayo lakukan, Umar bin Khattab kan tidak mungkin melihat kita," ibunya mendesak terus.

Sang anak menjawab dengan bijak. "Iya Ibu, Khalifah tidak melihat kita. Tetapi Allah SWT pasti melihat kita," katanya.

Umar sangat terkesan dengan jawaban tersebut. Dia mengagumi kejujuran gadis penjual susu yang sederhana.
Setelah mengumpulkan informasi, Umar mengumpulkan putera-puteranya. Dia meminta salah seorang di antara mereka untuk menikahi gadis penjual susu tersebut. Umar yakin keturunan mereka akan melahirkan seorang pemimpin besar yang mengharumkan Agama Islam.

Adalah Ashim, putera Umar yang kemudian menikahi wanita penjual susu itu. Pernikahan sederhana namun penuh hikmah. Putera pemimpin Islam yang paling di seluruh Jazirah Arab, dengan puteri penjual susu yang jujur.

Apa yang disampaikan oleh Umar kemudian terbukti. Keturunan Ashim dan Ummu Amarra melahirkan sosok Umar bin Abdul Azis, seorang pemimpin besar dari Dinasti Ummayah yang memerintah dengan adil dan jujur.


Berdasarkan kisah diatas, kita bisa mengambil pelajaran tentang kejujuran, yaitu:
1. Kejujuran merupakan salah satu bentuk aplikasi dari keimanan seseorang, 
    ketika seseorang beriman kepada Allah, dengan keyakinan bahwa Allah melihat segala                            perbuatannya, maka dia akan melakukan perbuatan jujur ​​dan menjauhi perbuatan curang.
2.Ketika seseorang berbuat jujur, meskipun hal itu terasa berat untuk dilakukan, maka Allah akan               membalasnya dengan limpahan berkah
    Sebagaimana Rasulullah saw bersabda, “Hendaklah kamu semua jujur, karena kejujuran membawa         kepada surga. Seseorang yang selalu jujur ​​dan mencari kejujuran akan ditulis oleh Allah sebagai             orang yang jujur. Dan jauhilah sifat bohong, karena kebohongan akan membawa ke neraka.Orang         yang selalu berbohong dan mencari-cari kebohongan, akan ditulis oleh Allah sebagai pembohong”         (HR. Muslim)

MAKNA KEJUJURAN

Dalam bahasa Arab, kata jujur semakna dengan As-Sidqu atau sidiq, yang berarti benar, nyata, atau berkata benar. daln lawan katanya adalah dusta yang dalam bahasa arab disebut al-Kadzibu

Secara istilah, jujur bermakna kesesuaian antara ucapan dan perbuatan, kesesuaian antara informasi dan kenyataan, ketegasan dan kemantapan hati, sesuatu yang baik yang tidak dicampuri kedustaan

PEMBAGIAN SIFAT JUJUR

Imam Al-Ghazali membagi sifat jujur menjadi tiga bagian:
  1. Jujur dalam Niat, yaitutiada dorongan bagi seseorang dalam segala tindakan dan gerakan yang didorong oleh Allah SWT. dan melakukan segala sesuatu dengan ikhlas hanya mengharap ridha Allah SWT.
          Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Bayyinah ayat 5
          Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas ikhlas-Nya semata-                         mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan shalat dan menunaikan                          zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).

        Contoh perilaku jujur dalam niat, adalah sebagai berikut
        
        Ketika seseorang mengembalikan dompet yang terjatuh kepada pemiliknya dengan                                maksud ingin mendapat pahala kebaikan dari Allah, bukan mengharap mendapat imbalan dari si             pemilik dompet tersebut.
        Hal ini hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang meyakini bahwa pahala kebaikan dari Allah             lebih besar dan lebih utama dari sekadar pujian atau balasan dari manusia.
        Sebagaimana firman Allah dalam QS.  An-Nahl ayat 96:
        “apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan                                 sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang             lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”

        Bermakna bahwa apa yang ada di sisi manusia berupa harta benda dunia akan lenyap.                            Sedangkaan apa yang ada di sisi Allah bagi kalian berupa rizki, dan pahala, tidak akan pernah                sirna

2. Jujur dalam perkataan ( lisan), yaitu apa yang disampaikan sesuai dengan kebenarannya
    Siap orang harus memelihara perkataannya dan ia tidak berkata kecuali dengan jujur.
    Seseorang akan berkata jujur ​​ketika dia mampu menjaga lisannya dari berkata dusta, 
    karena berkata dusta merupakan salah satu ciri orang munafik
    Sebagaimana Rasulullah saw bersabda:

    “Ciri-ciri orang munafik ada tiga, yaitu: jika berkata ia dusta, jika berjanji, ia ingkar, dan jika                  dipercaya, ia berkhianat” (HR. Bukhari Muslim)

    Contoh perilaku jujur dalam perkataan adalah:
    Melaporkan prestasi hasil belajar kepada orang tua meskipun dengan nilai yang kurang                            memuaskan


3. Jujur dalam perbuatan, yaitu jujur ​​ketika berinteraksi atau bermu'amalah dengan orang lain.

    Seorang muslim tidak pernah menipu, memalsu, dan berkhianat sekalipun terhadap non muslim.
    Ia tidak tamak dan serakah dalam bermu'amalah. Ketika ia menjual tidak akan mengurangi takaran        dan timbangan, dan Pada saat membeli tidak akan memperberat timbangan dan menambah takaran

    Jika orang tersebut melakukan atau meninggalkan sesuatu, semuanya dalam aturan dan ketentuan        Allah SWT

    Orang yang jujur ​​dalam bermu'amalah juga senantiasa bersikap santun, tidak sombong dan tidak            pamer (ria)

    Barang siapa yang selalu jujur ​​dalam bermu'amalah maka dia akan menjadi kepercayaan masyarakat,     dan Semua orang akan merasa nyaman dan aman berinteraksi dan bermu’amalah dengannya.

Penerapan perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat 

1. Meminta izin atau berpamitan kepada orang tua ketika akan pergi ke mana pun
2. Tidak meminta sesuatu di luar kemampuan kedua orang tua
3. Mengembalikan uang sisa belanja meskipun kedua orang tua tidak mengetahuinya
4. Melaporkan prestasi hasil belajar kepada orang tua meskipun dengan nilai yang kurang                           memuaskan
5. Tidak memberi atau meminta jawaban kepada teman ketika sedang ulangan atau ujian sekolah
6. Mengatakan dengan sejujurnya alasan keterlambatan datang atau ketidakhadiran ke sekolah
7. Mengembalikan barang-barang yang dipinjam dari teman atau orang lain, meskipun barang             tersebut tampak tidak begitu berharga 
8. Memenuhi undangan orang lain ketika tidak ada hal yang dapat menghalanginya
9. Tidak menjanjikan sesuatu yang kita tidak dapat memenuhi janji tersebut
10. Mengembalikan barang yang ditemukan kepada pemiliknya atau melalui pihak yang bertanggung           jawab
11. Membayar sesuatu sesuai dengan harga yang telah disepakati








Komentar